Membersihkan Sungai Terkotor di Dunia

Reforestasi 82.500 hektar lahan di Daerah Aliran Sungai Citarum butuh 125 juta pohon, 25 juta tanaman keras, dan 100 juta tanaman perdu.
Keisyah Aprilia
2018.03.26
Jawa Barat
Citarum-1

Petugas menggunakan alat berat untuk mengeruk sampah yang menumpuk dalam Sungai Citarum, Jawa Barat, 15 Maret 2018. (Keisyah Aprilia/Berita Benar)

Citarum-2.jpg

Seorang warga memutar haluan boat pengangkut sampah di Sungai Citarum, 15 Maret 2018. (Keisyah Aprilia/Berita Benar)

Citarum-3

Warga memancing di pinggiran Sungai Citarum, 15 Maret 2018. (Keisyah Aprilia/Berita Benar)

citarum-4

Sejumlah warga membuang sampah rumah tangga ke gerobak yang disediakan, 15 Maret 2018. (Keisyah Aprilia/Berita Benar)

Citarum-5

Anggota TNI menyemprot sisa lumpur di pemukiman warga dekat Citarum, 15 Maret 2018. (Keisyah Aprilia/Berita Benar)

Citarum-6

Anggota TNI mengeluarkan kotoran yang dipungut dari Danau Situ Cisanti, 15 Maret 2018. (Keisyah Aprilia/Berita Benar)

Citarum-7

Warga mengatur bibit pohon untuk ditanam di Daerah Aliran Sungai Citarum, 15 Maret 2018. (Keisyah Aprilia/Berita Benar)

Citarum-8

Aparat TNI dan warga menyangkul lahan untuk ditanami bibit pohon, 15 Maret 2018. (Keisyah Aprilia/Berita Benar)

Citarum-9

Dua bocah berdiri di pinggir danau buatan Situ Cisanti, 15 Maret 2018. (Keisyah Aprilia/Berita Benar)

Sebanyak 35,5 ton kotoran manusia ditambah 56 ton kotoran ternak dibuang ke Sungai Citarum, tiap hari. Selain itu, 20.462 ton sampah organik dan non-organik serta 340.000 ton limbah cair ditemukan dalam sungai itu per hari.

“Itu data yang kami rangkum dari berbagai sumber,” tutur Kapendam III Siliwangi, Letkol ARH Desi Ariyanto kepada BeritaBenar, Selasa, 13 Maret 2018.

Tak mengherankan kemudian sungai terpanjang – sekitar 300 kilometer – dan terbesar di Jawa Barat tersebut dinobatkan Bank Dunia sebagai sungai terkotor di dunia, padahal Citarum memiliki nilai sejarah, ekonomi, dan sosial yang penting bagi warga.

Desi menyebutkan, hasil survei sejumlah lembaga pemerintah diketahui bahwa jutaan orang menggantung hidupnya dari Sungai Citarum. Selain itu, sekitar 500 pabrik berdiri di daerah alirannya dan tiga waduk PLTA juga memanfaatkan arus sungai.

Ada tujuh mata air menyatu di danau buatan Situ Cisanti di Kabupaten Bandung. Tetapi, sejumlah anak sungai dari kabupaten tetangga juga menyatukan alirannya ke Citarum, seperti Ci Kapundung dan Ci Beet.

Aliran lalu mengarah ke arah barat, melewati Majalaya dan Dayeuhkolot, berbelok ke Sarah barat laut dan utara, menjadi perbatasan Kabupaten Cianjur dan Bandung Barat, melewati Kabupaten Purwakarta. Terakhir melintasi Kabupaten Karawang (batas dengan Kabupaten Bekasi). Sungai ini bermuara di ujung Karawang.

Presiden Joko “Jokowi” Widodo pada Februari lalu mencanangkan Citarum Harum untuk Indonesia Emas 2045. Program ini bertujuan untuk membersihkan Citarum dari sampah mulai dari hulu hingga hilir.

Sebanyak 7.100 personel gabungan berbagai instansi serta lembaga pemerintah pusat dan daerah ditambah kalangan kampus dan aktivis lingkungan dilibatkan dalam program pembersihan, yang ditargetkan selesai tujuh tahun.

Personel yang dilibatkan dibagi dalam 22 sektor dari hulu hingga hilir. Dalam program itu juga dilakukan pembibitan dan penanaman pohon di lahan gundul dan menghijaukan lahan kritis.

Menurut data Kodam III Siliwangi, lahan kritis – telah gundul dan tidak ada lagi pohon yang tumbuh sehingga bisa mengakibatkan bencana alam seperti tanah longsor –  di cekungan Bandung, mencapai 80.000 hektar. Sedangkan di sektor 1 yang masuk hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum sebanyak 2.500 hektar.

“Reforestasi 82.500 hektar lahan di DAS Sungai Citarum membutuhkan 125 juta pohon, 25 juta tanaman keras, dan 100 juta tanaman perdu,” jelas Komandan Sektor 1, Kolonel Inf Yanto, kepada BeritaBenar.

Di sektor 6, aparat bertugas membersihkan sampah di seluruh anak sungai yang berada di 11 desa. 200 personel yang disiagakan di sektor 6 juga mengedukasi masyarakat yang tinggal di sisi 14 kilometer bantaran sungai.

Kini, warga mulai sadar. Saat sampah menumpuk di rumah, mereka mengumpul dalam plastik untuk dijemput aparat kemudian dibuang ke tempat tersedia, kata Yanto.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.