Nyepi, Menyambut Tahun Baru Hindu
2016.03.09
Bali layaknya pulau tak berpenghuni pada Rabu 9 Maret 2016, ketika penduduknya yang mayoritas Hindu merayakan Nyepi. Jalanan yang biasanya macet itu tampak lengang; hanya terlihat sejumlah pecalang (petugas keamanan tradisional) yang mengamankan ketenangan Tahun Baru Caka 1938 itu.
Pada hari Nyepi, umat Hindu melaksanakan apa yang disebut dengan Catur Brata Penyepian, yang filosinya berarti pengendalian diri, yaitu Amati Geni (tidak menyalakan api/ listrik), Amati Karya (tidak bekerja), Amati Lelungaan (tidak bepergian), dan Amati Lelanguan (tidak bersenang-senang).
Nyepi merupakan perwujudan konsep harmonisasi dalam agama Hindu, Tri Hita Karana, yang terdiri dari keseimbangan hubungan antara manusia -alam- dan Sang Pencipta. Hari Nyepi merupakan kesempatan manusia untuk memberikan penghormatan kepada alam dan bakti kepada Sang Pencipta.
Umat Hindu di luar Bali juga ikut melaksanakan rangkaian perayaan Nyepi, yang dimulai dengan Melasti – upacara pembersihan yang dilakukan di pantai beberapa hari sebelumnya; kemudian acara persembahyangan Tawur Agung Kesanga; dan pengrupukan pada malam sebelum Nyepi. Pengrupukan ditandai dengan arakan ogoh-ogoh, patung kertas simbol kekuatan jahat yang pada akhirnya akan dibakar.
Nyepi tahun ini cukup istimewa karena bertepatan dengan adanya Gerhana Matahari Total di Indonesia. Umat Hindu melihatnya sebagai berkah yang disyukuri.