2 Tahun Pasca Gempa dan Tsunami, Palu Bangkit

Warga optimis walaupun harus banting setir untuk tetap hidup.
Keisyah Aprilia
2020.09.28
Palu
FOTO_1.jpg

Mengenakan masker untuk mencegah penularan virus corona di tengah pandemi COVID-19, warga memanjatkan doa untuk korban bencana gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi saat memperingati dua tahun pascabencana di Palu, Sulawesi Tengah, 28 September 2020. (Keisyah Aprilia/BenarNews)

FOTO_2.jpg

Pekerja berjalan di depan hunian tetap yang dibangun di Kelurahan Duyu, Kecamatan Tatanga, Palu, Sulawesi Tengah, 25 September 2020. Hunian tetap ini diperuntukkan untuk ratusan kepala keluarga korban bencana gempa dan tsunami Palu, 28 September 2018 lalu. (Keisyah Aprilia/BenarNews)

FOTO_4.jpg

Hasmawati (61) berdiri di samping jualannya di hunian sementara Pengawu, Kecamatan Tatanga, Palu, Sulawesi Tengah, 25 September 2020. Hasmawati mendapat bantuan modal dari pemerintah untuk membuka usaha meski hanya warung kecil di tempat tinggalnya. (Keisyah Aprilia/BenarNews)

FOTO_5.jpg

Foto yang diambil pada 25 Agustus 2020 ini memperlihatkan siluet beberapa orang warga berada di dekat masjid terapung yang rusak parah pasca diterjang tsunami. Dua tahun pasca diterjang tsunami, masjid yang menjadi salah satu ikon Palu ini belum diperbaiki. (Keisyah Aprilia/BenarNews)

FOTO_6.jpg

Pengendara sepeda motor melintas dari atas jembatan Lalove yang baru dibangun pemerintah di Palu, Sulawesi Tengah, 27 September 2020. Jembatan dan jalan dipusat kota ini dibangun pemerintah pascabencana alam gempa bumi 28 September 2018, lalu. (Keisyah Aprilia/BenarNews)

FOTO_7.jpg

Pekerja menggunakan tiga unit eskavator menyusun batu besar dalam pembangunan tanggul anti-tsunami di pesisir Teluk Palu, Sulawesi Tengah, 27 September 2020. Pembangunan tanggul 10 kilo meter di sepanjang pesisir Teluk Palu ini sebagai bentuk antisipasi tsunami. (Keisyah Aprilia/BenarNews)

FOTO_14.JPG

Andri Kadir memperlihatkan cabai merah yang ditanamnya di Kelurahan Bayaoge, Kecamatan Tatanga, Palu, Sulawesi Tengah, 26 Agustus 2020. Sebelum menjadi petani, Kadir adalah seorang tukang ojek. Ia terpaksa banting setir demi menghidupi keluarga. (Keisyah Aprilia/BenarNews)

FOTO_15.jpg

Sejumlah warga menghaluskan kayu eboni di salah satu pabrik kayu hitam di Palu, Sulawesi Tengah, 26 Maret 2020. Sebanyak 300 orang korban bencana alam Palu yang selamat diberdayakan sebagai pengrajin kayu eboni oleh pemerintah agar bisa mendapat lapangan pekerjaan baru. (Keisyah Aprilia/BenarNews)

FOTO_12.jpg

Seorang warga berada di salah satu puing bangunan yang hancur pasca diterjang tsunami di Kelurahan Lere, Kecamatan Palu Barat, Palu, Sulawesi Tengah, 27 September 2020. (Keisyah Aprilia/BenarNews)

FOTO_10_1000.jpg

“Jualan seperti ini lebih menjanjikan ketimbang menjadi nelayan kecil seperti saya dulu,” kata Abdul Manaf saat menjual siomay dan pentol goreng di Kelurahan Lere, Kecamatan Palu Barat, Palu, Sulawesi Tengah, 27 September 2020. Ia berubah haluan menjadi penjual keliling karena tidak dapat bantuan perahu dan alat tangkap ikan dari pemerintah. (Keisyah Aprilia/BenarNews)

Dua tahun setelah gempa, tsunami dan likuifaksi memporakporandakan Palu dan sejumlah wilayah di Sulawesi Tengah, kehidupan di kota tersebut kini telah kembali normal.

Walaupun sejumlah puing bangunan masih terlihat di beberapa lokasi menjadi perekam dahsyatnya bencana 28 September 2018 yang merenggut 4000 lebih korban jiwa itu, tidak ada lagi warga yang tinggal di tenda darurat.

Mereka sudah menempati hunian sementara dan akan pindah ke hunian tetap tahun depan.

“Namun hunian tetap hanya diperuntukkan untuk warga yang kehilangan rumah. Dan ada ribuan unit yang tengah berjalan pembangunannya. Insya Allah, 2021 semua sudah rampung dan warga yang dari hunian sementara bisa pindah kesana,” kata Gubernur Sulawesi Tengah (Sulteng), Longki Djanggola.

Untuk mengantisipasi bencana alam khususnya tsunami di kemudian hari, ibu kota Sulteng tersebut sudah menyiapkan diri dengan membangun tanggul anti-tsunami di sepanjang pesisir teluk Palu.

“Pembangunan tanggul ini membuktikan kesiapsiagaan Palu sudah jauh lebih baik dari sebelumnya untuk mencegah terjadinya tsunami,” kata Wali Kota Palu Hidayat kepada BenarNews, 27 September 2020.

Sementara itu warga telah kembali memutar roda perekonomian, meski banyak yang harus banting setir. Kehilangan dahsyat dua tahun lalu dan pandemi COVID-19 yang kini melanda tidak menghapus optimisme mereka.

Seperti diakui Abdul Manaf yang kini beralih sebagai penjual siomay, setelah setahun lebih berjuang di bawah tenda darurat untuk mendapat pekerjaan.

“Sekarang perekonomian sudah cukup baik. Paling tidak untuk kebutuhan keluarga ada,” terangnya kepada BenarNews di Palu, 27 September 2020.

“Dulu saya nelayan yang hanya mengandalkan perahu dan alat tangkap seadanya. Karena semua hilang ditelan tsunami dan tidak ada turun bantuan saya akhirnya tidak punya pekerjaan,” ujarnya

“Inilah usaha saya sekarang. Memang hanya jualan siomay dan pentol goreng keliling. Namun, sudah cukuplah hasilnya untuk kebutuhan keluarga, anak sekolah, dan tabungan.”

Tak ubahnya Manaf, seorang warga Kelurahan Bayaoge, Kecamatan Tatanga, Andri Kadir (45), mengaku sudah bisa kembali bertahan hidup meski memulainya dengan pekerjaan baru sebagai petani.

Sebelum bencana, Kadir adalah tukang ojek pangkalan yang memiliki langganan tetap. Dari hasil ojek itu, ia sudah bisa menghidupi satu istri, dan dua orang anak yang masing-masing sekolah di tingkat dasar.

Namun, takdir bicara lain. Sepeda motor yang menjadi tumpuan Kadir untuk mencari nafkah hilang ditelan bumi saat terjadi likuifaksi di Kelurahan Balaroa, Kecamatan Ulujadi.

“Kami bersyukur karena masih bisa hidup. Barang yang hilang itu bisa dicari lagi,” ungkapnya.

Selamat dari kematian, Kadir bersama keluarga bangkit dengan memanfaatkan lahan milik kerabatnya di Kelurahan Bayaoge.

Di sana, ia menanam cabai merah keriting dengan modal Rp500 ribu. Dari untung kecil yang terus diputar untuk modal, Kadir kini memiliki lahan cabai seluas satu hectare. “Hasilnya lumayan untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga,” ucapnya, penuh syukur.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.