Ruwat Rawat Borobudur untuk Keseimbangan Wisata dan Ibadah

Kusumasari Ayuningtyas
2016.04.20
Magelang
B1.jpg

Warga melintasi pameran foto meramaikan Ruwat Rawat Borobudur. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

B2.jpg

Para seniman yang berpartisipasi dalam ruwatan datang dengan truk. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

B3.jpg

Ratusan seniman berjalan menuju lokasi ritual ruwatan. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

B4.jpg

Seorang penari memperbaiki make up rekannya. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

B5.jpg

Seniman saling bantu untuk memaksimalkan penampilan. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

B6.jpg

Ritual ruwatan diawali dengan pembersihan yang dipimpin Sucoro. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

B7.jpg

Sesepuh Kecamatan Muntilan, Joyo Prono, menaburkan bunga usai ritual pembersihan. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

B8.jpg

Pembawa sesajen berjalan mengelilingi pohon beringin. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

B9.jpg

Sesajen dibawa kembali ke Taman Lumbini. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

B10.jpg

Seniman saling bercanda usai acara ritual ruwat rawat Borobudur. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

Sucoro memimpin ratusan seniman dan petani dari desa sekitar Borobudur. Mereka berjalan dari Taman Lumbini menuju pohon beringin di pintu masuk candi.

Di bawah pohon berusia ratusan tahun itu, para petani pembawa sesajen duduk bersila dan para seniman berbaris mengelilingi pohon. Mereka melakukan ruwatan atau ritual untuk menyingkirkan pengaruh buruk.

Sucoro, ketua Warung inisiator Ruwat Rawat Borobudur, mengambil dua sapu lidi dan mengayun-ayunkan di pohon beringin seakan sedang membersihkan sesuatu. Ritual dilanjutkan dengan penaburan bunga oleh Joyo Prono, sesepuh dari Desa Prumpung, Kecamatan Muntilan, Magelang, Jawa Tengah.

Saat Joyo menabur bunga, para petani pembawa sesajen berdoa. Mereka memohon kebaikan dan dijauhkan dari pengaruh roh jahat. Usai berdoa, Sucoro memimpin mereka mengelilingi pohon beringin tiga kali. Itulah puncak rangkaian ritual ruwat rawat Borobudur.

Ruwatan itu menjadi tontonan wisatawan dalam dan luar negeri. Malah, para wisatawan ikut iring-iringan saat kembali ke Taman Lumbini yang berjarak 300 meter dari lokasi pohon beringin.

Aulia (25), wisatawan asal Jawa Tengah, mengaku sudah lebih dari lima kali berkunjung ke Borobudur, tetapi baru kali ini bisa menyaksikan ruwatan.

Ritual ruwatan seakan mengingatkan bahwa Candi Borobudur bukan sekadar obyek wisata biasa. Banyak warisan sejarah dan budaya masa lalu di candi yang memiliki 72 stupa tersebut.

Ritual ruwatan hanya satu acara dalam kegiatan Umbul Donga yang digelar Senin, 18 April 2016. Ini merupakan rangkaian Ruwat Rawat Borobudur yang puncaknya akan dilaksanakan pada 1 Juni 2016 mendatang. Acara ini adalah kegiatan tahunan yang dilaksanakan sejak tahun 2003.

Ruwatan bertujuan menjaga kesakralan Borobudur yang sejatinya adalah tempat pemujaan masa pemerintahan Wangsa Syailendra yang menganut aliran Budha Mahayana. Menurut Suroco, Ruwat Rawat digagas untuk menjaga keselarasan fungsi Borobudur sebagai destinasi wisata sekaligus tempat peribadatan umat Budha agar tidak terjadi benturan antara kedua fungsi tersebut.

Kegiatan ini mengingatkan kita semua bahwa menjaga Borobudur tidak hanya dengan mata saja, tapi juga harus dengan hati.

“Jika hanya menitikberatkan pada salah satunya tak akan berhasil, tapi justeru akan menimbulkan kekacauan,” ujar Suroco kepada BeritaBenar.

Pesan tersebut seakan tersirat dalam relief terbawah Candi Borobudur, Kidoeng Karmawibangga. Relief itu bercerita tentang hukum sebab akibat yang digambarkan dengan dua anak kembar raja yang punya sifat saling berlawanan. Pangeran Sancaka menghormati kerajaan, sedangkan Sangkala menentang sang raja. Pada akhirnya Pangeran Sangkala dikutuk menjadi patung.

Sucoro mengatakan ritual ruwat telah menjadi ruang komunikasi di antara seniman dengan penafsiran masing-masing untuk berupaya mendukung Borobudur menjadi destinasi wisata dunia.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.