Ritual Mencuci Kereta Pusaka Keraton Yogyakarta

Warga yang menyaksikan ritual pencucian kereta pusaka saling berebut air sisa, bahkan mengunakannya untuk mandi karena diyakini membawa berkah.
Kusumasari Ayuningtyas
2016.10.11
Yogyakarta
Kereta-Kencana-1.jpg

Kereta Kencana Pusaka Keraton Yogyakarta dikeluarkan dari ruang penyimpanan untuk dijamasi atau dicuci dengan ritual khusus. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

Kereta-Kencana-2.jpg

Menggunakan kapas yang dibasahi, seorang abdi dalem keraton membersihkan bagian kereta dengan hati-hati. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

Kereta-Kencana-3.jpg

Warga berebut air sisa pencucian. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

Kereta-Kencana-4.jpg

Warga mandi dengan air pencucian kereta pusaka. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

Kereta-Kencana-5.jpg

Bunga-bunga sisa ritual yang jatuh ke tanah dipungut untuk dibawa pulang, dipercaya membawa berkah. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

Kereta-Kencana-6.jpg

Kemenyan atau dupa menjadi sesajen untuk kereta kencana pusaka keraton. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

Kereta-Kencana-7.jpg

Abdi dalem mengeringkan dan mengoles minyak pusaka di bagian bawah kereta. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

Kereta-Kencana-8.jpg

Minyak pusaka dioleskan dengan cermat pada bagian patung yang menjadi ciri khas kereta kencana Nyai Jimat. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

Kereta-Kencana-9.jpg

Warga menitipkan cincin untuk dioles dengan minyak pusaka pencucian kereta pusaka. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

Kereta-Kencana-10.jpg

Prosesi ritual selesai, kereta kembali ditempatkan di ruang penyimpanan. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

Setiap Jumat Kliwon pertama bulan Suro dalam penanggalan Jawa, Keraton Yogyakarta melakukan ritual jamasan (mencuci) kereta pusaka. Ritual digelar di halaman Museum Kereta berjarak 10 meter dari Keraton Kasultanan Yogyakarta, Jumat, 7 Oktober 2016.

Abdi dalem yang mencuci Kereta Pusaka Nyai Jimat, adalah mereka yang mengabdi pada keraton. Mereka memakai kain panjang, baju adat lurik atau surjan, dan penutup kepala tradisional blangkon khas Yogyakarta.

Kereta kencana dengan ornamen utama patung perempuan ini adalah buatan Portugis tahun 1750-an yang dibeli oleh Sultan Hamengkubuwono I dari Belanda pada 1800-an. Kereta dipakai untuk upacara penobatan sultan pada masa Hamengkubowono I – Hamengkubuwono IV.

Menurut pihak keraton, kereta jenis ini hanya ada dua di dunia. Satu di Yogyakarta dan satu lagi berada di Portugis. Keduanya tak digunakan sebagai tunggangan karena sudah sangat tua dan disimpan di museum.

Ratusan warga menyaksikan ritual jamasan kereta pusaka yang dianggap sebagai kereta pertama milik Keraton Kesultanan Yogyakarta. Mereka tak sekadar menonton, tapi juga saling berebut air, bunga, dan piranti-piranti yang digunakan saat pencucian.

Bahkan, ada yang mandi dengan air sisa pencucian dan meminta tolong agar perhiasan mereka diusap minyak pusaka yang merupakan minyak wangi berbahan dasar cendana.

Warga membawa jeriken, botol dan aneka tempat untuk mewadahi air sisa pencucian. Mereka percaya air sisa jamasan membawa berkah, seperti bisa menyembuhkan orang sakit, melancarkan bisnis, dan berbagai kepentingan lain.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.