Film ‘Kayan, Arus di Persimpangan Waktu’ soroti proyek ekonomi hijau di Kalimantan

Peluncuran film dokumenter pada Hari Hutan Tropis Sedunia 2025 menyoroti dampak terhadap masyarakat di sepanjang Sungai Kayan di Kalimantan Utara

Sebuah film dokumenter pendek dari BenarNews — media yang berafiliasi dengan RFA — mengeksplorasi konsep “ekonomi hijau” di Kalimantan Utara.

Melalui percakapan dengan penduduk yang tinggal di sepanjang sungai, aktivis lingkungan, dan pengembang proyek, Kayan, Arus di Persimpangan Waktu menyoroti sejumlah rencana pembangunan terbaru dan paling ambisius di Indonesia: ibu kota Nusantara yang masih dalam tahap pembangunan, kawasan industri “hijau” yang sangat luas, serta rencana pembangunan lima bendungan di sepanjang Sungai Kayan.

Pemerintah pusat juga terus menjalankan rencana membangun lima bendungan di tiga sungai di Kalimantan Utara sebagai bagian dari proyek pembangkit listrik tenaga air terbesar di Asia Tenggara. Proyek ini ditargetkan selesai pada tahun 2035, dengan perkiraan biaya lebih dari 20 miliar dolar AS dan dapat menghasilkan listrik hingga 9.000 megawatt.

“Ketidakpastian yang dirasakan masyarakat di sepanjang Sungai Kayan, seperti digambarkan dalam film ini, mencerminkan perasaan serupa yang juga dialami oleh banyak masyarakat lain di dunia dalam menghadapi perubahan iklim,” kata Kate Beddall, Pemimpin Redaksi BenarNews. “Kayan, Arus di Persimpangan Waktu mengajak kita merenungkan apa yang dikorbankan saat kita mengubah alam dan cara kita hidup di dalamnya,” tambah Kate, terkait film dokumenter yang dinarasikan oleh pegiat seni Ratna Riantiarno itu.

“Setiap film yang saya kerjakan bertujuan menggambarkan secara utuh pengalaman yang unik dan personal. Kayan, Arus di Persimpangan Waktu juga begitu,” ujar sutradara Roger M. Richards, yang dikenal lewat film Sarajevo Roses. “Selama tim kami menyusuri Sungai Kayan, kami mencatat perjalanan kami lewat cerita dan media interaktif: semacam penghormatan terakhir untuk sungai yang dulunya liar dan indah, tapi sekarang terancam punah.”

Film pendek dokumenter ini tersedia dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.

Pada 3 April, BenarNews menghentikan pembaruan konten di seluruh platform pemberitaannya setelah pemerintah Amerika Serikat memutuskan untuk menghentikan pendanaan atas media yang telah berdiri selama 10 tahun itu.