Membatik mencuri perhatian pasukan AS di tengah latihan perang
2023.08.31
Situbondo, Jawa Timur
Dengan gerakan pasti, Sersan Satu Bryan J. Lesher dari Angkatan Darat Amerika Serikat menyelupkan canting ke dalam panci lilin panas dan menggambar pola pada selembar kain putih. Tidak nampak keragu-raguan dalam gerak tangannya, walaupun ia mengaku belum pernah membuat batik seumur hidupnya sehingga ia sedikit penasaran.
“Bagus, ini budaya Indonesia. Saya sangat menikmati budaya Indonesia. Ini tantangan karena pengalaman pertama kali dalam membatik. Saya senang,” katanya.
Lesher adalah salah satu dari 6000-an tentara dari Amerika Serikat dan tuan rumah Indonesia serta dari negara-negara lain seperti Australia, Jepang dan Inggris yang berpartisipasi dalam latihan militer tahunan Super Garuda Shield 2023, yang dibuka Kamis (31/8) di Pusat Latihan Tempur Marinir, Baluran, Situbondo, Jawa Timur.
Selain berlatih berbagai skenario operasi tempur, seperti perang hutan, perang perkotaan, pertempuran jarak dekat, operasi udara, infiltrasi dan pendaratan amfibi, para tentara juga mendapat kesempatan untuk belajar tentang budaya dan tradisi setempat serta melakukan kegiatan pelayanan kesehatan.
Koordinator Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Mayor Saimah, berharap dengan mengenalkan batik kepada pasukan asing, mereka bisa lebih menghargai dan mengenal Indonesia.
“Batik adalah warisan budaya kita yang harus kita jaga dan kembangkan. Dengan memperkenalkan batik kepada pasukan asing, kita bisa menunjukkan kekayaan dan keindahan budaya kita. Kita juga bisa menjalin hubungan baik dengan negara sahabat,” katanya.
Selain membatik, personil militer yang mengikuti latihan gabungan juga mengikuti bakti sosial dengan memberi layanan kesehatan bagi masyarakat di lokasi latihan.
Terbesar dalam sejarah Garuda Shield
Panglima TNI Laksamana Yudo Margono membuka latihan bersama yang akan berlangsung selama dua minggu ini dengan I Corps Commanding General Lt Gen Xavier Brunson dari Amerika Serikat.
Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan kerjasama dan hubungan militer yang positif antara TNI dan negara sahabat dan “saling tukar informasi dan teknologi antar militer,” kata Yudo.
“Saling menyamakan persepsi dan mengambil keputusan lazim dilakukan dalam latihan gabungan bersama TNI Angkatan Darat, Angkatan Udara dan Angkatan Laut bersama negara sahabat,” katanya.
Sebanyak 6.160 personel tercatat berpartisipasi tahun ini, dan menjadi pelatihan militer gabungan terbesar dalam sejarah Garuda Shield. Perinciannya adalah Indonesia (2.810 personel), Amerika Serikat (2.507 personel), Australia (130), Jepang (284), Inggris (215), dan Singapura 214.
Jumlah ini lebih besar dari Super Garuda Shield tahun lalu yang saat itu tercatat sebagai yang terbesar dengan 4.337 personel dari 13 negara.
Latihan ini melibatkan berbagai alat perang canggih dari TNI dan negara sahabat, seperti helicopter Apache, jet tempur F-16, serta tank Leopard dan Abram.
Tahun ini, latihan mencakup juga pertukaran akademis, lokakarya dan pengembangan profesional, menurut Kedutaan Besar AS di Jakarta.
Jawa Timur menjadi tempat latihan gabungan tahun ini, yang oleh TNI disebut karena memiliki rintangan yang lebih kompleks, di samping lokasinya yang aman dari pemukiman penduduk.
Garuda Shield sebelumnya digelar di beberapa tempat, salah satunya di perairan Natuna yang berbatasan dengan kawasan Laut China Selatan yang diklaim China.
Meskipun China mengklaim hampir seluruh wilayah Laut China Selatan, Filipina, Brunei, Malaysia, Taiwan, dan Vietnam juga memiliki klaim teritorial atas perairan itu.
Indonesia bukan salah satu pihak yang mengajukan klaim, namun kadang bersitegang dengan China terkait hak penangkapan ikan di sekitar kepulauan Natuna. Jakarta telah menyatakan keprihatinannya atas klaim maritim Beijing yang luas dan tumpang tindih dengan zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia.
Pakar geopolitik mengatakan bahwa pelatihan Garuda Shield ini secara tidak langsung menjadi ajang untuk memperlihatkan bahwa negara-negara di kawasan bersatu dalam menghadapi agresivitas China di Laut China Selatan.
Yudo mengatakan Garuda Shield akan ditetapkan menjadi program pendidikan di Sekolah Sistem Komando (Sesko) TNI. Latihan dikhususkan untuk memperbanyak sesko angkatan, jelasnya.
Latihan tempur dilakukan di laut dan darat melibatkan dua tim pasukan biru dan merah. Pasukan khusus dari TNI, Jepang, Australia dan Amerikan diterjunkan dalam pertempuran ini. Selain itu, dilakukan terjun tempur malam, dan pendaratan khusus yang dilakukan oleh pasukan khusus.
“Ada operasi airborne atau lintas udara. Diperagakan dalam latihan gabungan,” kata Panglima TNI.
Selain itu, dilakukan operasi infiltrasi, dan amfibi dengan bantuan tembakan kapal dan udara, ujarnya.
Brunson menuturkan personil militer Amerika Serikat mengikuti latihan bersama, lantaran Indonesia memiliki peranan penting dan juga untuk belajar bersama dan mengatasi krisis, keamanan secara bersama-sama.
Ia mengatakan untuk Garuda Shield ini pasukannya memobilisasi alat pertahanan mereka langsung dari Hawai dan California. Alutsista dikerahkan maksimal, katanya, lantaran latihan gabungan ini memiliki peran yang penting.
Militer Amerika Serikat memiliki tantangan lantaran menghadapi situasi dan lingkungan yang berbeda, ujarnya.
“Latihan bersama demi keamanan masa depan,” ujar Bronson.