Filipina: Kemunculan Basis Militan Asing?
2017.01.31
Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) berkembang dengan cepat di luar pusatnya di Irak dan Suriah, sejak deklarasi “Khilafah" pada 29 Juni 2014. Sejak itu, lebih dari setengah dari 50.000 militan asing yang ditarik ke Irak dan Suriah sudah tewas. Tapi narasi ISIS telah menyebar dan subkulturnya sudah tertanam di seluruh dunia.
Hari ini, ancaman yang dihadapi oleh negara-negara Asia Tenggara dan Asia Selatan bukan hanya dari warganya yang pernah bergabung dengan ISIS dan sudah kembali dalam kondisi hilang semangat dan jumlahnya kecil. Namun, negara-negara ini melihat adanya ancaman bagi keamanan domestik mereka dari grup-grup yang terkoopotasi oleh ISIS dan warga negara mereka sendiri yang menjadi radikal dan militan akibat propaganda ISIS. Beberapa dari individu- dan kelompok diarahkan dan dipengaruhi oleh militan asing di Irak dan Suriah yang merupakan bagian dari cabang operasi eksternal ISIS.
Sementara itu, Asia Tenggara, dimana ISIS telah berhasil melakukan serangan di Malaysia, Indonesia dan Filipina, mulai disebut-sebut sebagai salah satu medan perang ISIS. Tiga orang yang terdiri dari warga negara Filipina, Indonesia dan Malaysia muncul bersama dalam sebuah video ISIS bulan Juni 2016 dan dalam video berdurasi 20 menit tersebut, mereka berbicara dalam bahasa ibu mereka, mendesak Muslim agar pergi berjuang di Suriah atau Filipina.
"Kalau kamu tidak bisa ke sana [Suriah], datang dan bergabunglah di Filipina,” ujar Rafi Udin yang berasal dari Malaysia. Dewasa ini, ISIS dan para pendukungnya memandang Mindanao, di selatan Filipina sebagai bagian dari wilayahnya.
Dari luar Asia
Puluhan militan asing yang beroperasi di Filipina bukan hanya orang-orang Asia tapi juga mereka yang berasal dari negara-negara lain. Salah satu militan asing yang baru-baru ini terbunuh adalah warga negara Belize, Nadir Ali Ahmad alias Abu Naila. Dia terbunuh bersama istrinya yang asal Filipina, Kadija, di Maasim, provinsi Sarangani di Filipina pada 7 Januari 2017.
Abu Naila ditampung oleh grup ISIS lokal, Ansar Al-Khilafah Philippines (AKP) hingga pemimpinnya, Mohammad Jaafar Maguid alias Tokboy, terbunuh pada 5 Januari di Resor Pantai Angel, Barangay Kitagas, Kiamba, provinsi Sarangani. Kepala Kepolisian Nasional Filipina, Jenderal Ronald dela Rosa mengatakan Abu Naila "ingin berperang di Suriah tapi dia datang ke Filipina terlebih dahulu untuk berlatih.”
Pada April 2016, pembuat bom asal Maroko, Mohammad Khattab terbunuh di Basilan sementara istri Filipinanya, yang terlibat dalam aktivitas mendukung terorisme, telah ditangkap. “Teroris Maroko tersebut ingin menggalang dan menyatukan semua kelompok yang kerap menculik untuk meminta tebusan agar terafiliasi dengan organisasi teroris internasional,” ujar kepala staf gabungan Angkatan Bersenjata Filipina, Hernando Iriberri saat itu.
Pemimpin grup ISIS yang berbasis di Filipina (ISP), Isnilon Hapilon, dikabarkan terluka dalam sebuah operasi militer di Lanao del Sur minggu lalu.
Rekrutmen
Pada saat pasukan keamanan Filipina melakukan operasi menumpas habis puluhan grup yang telah bersumpah setia kepada pimpinan ISIS Abu Bakar al Baghdadi, negara-negara tetangganya menggagalkan aliran masuk militan asing ke Mindanao. Sejumlah penggerebekan yang terjadi di pertengahan Januari di Malaysia menghasilkan empat penangkapan dan timbul kekhawatiran bahwa negara bagian Malaysia paling barat, Sabah, telah menjadi tempat transit bagi warga Asia Selatan dan Asia Tenggara yang akan bergabung dengan ISP.
Penangkapan pertama adalah terhadap seorang penjual jam asal Filipina berusia 31 tahun di Kota Kinabalu, Sabah pada 13 Januari. ISP telah menugaskan pria tersebut untuk merekrut militan asal Malaysia, Indonesia, Bangladesh dan Rohingya dan membawa mereka untuk dilatih di wilayah Filipina selatan. Dia ditawarkan imbalan 4.000 Ringgit Malaysia (US $903) per satu rekrutan oleh Dr Mahmud bin Ahmed, seorang mantan dosen komparasi agama di Universiti Malaya yang berusia 37 tahun dan sekarang menjadi salah satu dari beberapa warga Malaysia yang beroperasi di Filipina Selatan.
Seorang perempuan Malaysia yang akan menjadi calon pengantin untuk seorang pria Filipina juga ditangkap di Kota Kinabalu. Perempuan asal Selangor berusia 27 tahun itu direkrut dua bulan sebelumnya melalui media sosial. Mereka telah berencana akan terbang ke Sandakan sebelum masuk Marawi City, Mindanao untuk bergabung dengan Dr Mahmud di Butig, Lanao del Sur.
Dua warga Bangladesh berusia 27 dan 28 tahun ditangkap di Kuala Lumpur dan mereka telah berencana untuk bergabung dengan Dr Mahmud di Filipina Selatan.
Berpindah ke darat
Jalur penyusupan ISIS ke pulau-pulau Sulu, Basilan dan Tawi Tawi di Mindanao Barat adalah melalui Grup Abu Sayyaf (ASG). Namun sejak Presiden Rodrigo Duterte terus menekan komandan-komandannya untuk menumpaskan ASG dan ISIS serta grup-grup yang terasosiasi dengan mereka, para kelompok pengancam tersebut mulai beralih ke “darat.” Pimpinan ISP pindah ke Mindanao Tengah dan bekerjasama dengan Negara Islam Lanao pimpinan Maute bersaudara. Dengan berpindahnya basis IS dari Basilan ke Lanao del Norte, wilayah yang tidak dikenal itu telah membuat Hapilon dan rekan-rekannya lebih rentan akan serangan.
Pasukan keamanan akan membutuhkan dukungan dari Front Pembebasan Islam Moro (MILF), kelompok yang telah masuk wilayah politik arus utama namun sedang menunggu perjanjian perdamaian dengan Presiden Filipina, Duterte. Yang penting untuk dilakukan oleh Filipina adalah bekerja keras untuk melibatkan kelompok-kelompok pengancam keamanan agar benar-benar mencapai perdamaian dan memberantas kelompok-kelompok yang tidak ingin bergabung dengan aliran utama.
Bila konflik terus terjadi, militan-militan asing, baik yang sudah berpengalaman maupun baru direkrut, akan menggunakan Filipina sebagai basisnya, sehingga mengancam keamanan nasional dan internasional.
Opini yang diekspresikan dalam tulisan ini adalah milik penulisnya dan tidak mewakili BeritaBenar.